Carlos Pena, pelatih kepala anyar di kompetisi BRI Liga 1, menghadapi tantangan unik dalam karier kepelatihannya saat memimpin sesi latihan timnya untuk pertama kalinya di tengah bulan suci Ramadan. Pengalaman ini tidak hanya menjadi ujian profesional baginya, tetapi juga sebuah perjalanan baru dalam memahami budaya dan kebiasaan para pemainnya yang mayoritas menjalankan ibadah puasa.
Awal Perjalanan Carlos Pena di BRI Liga 1
Carlos Pena dikenal sebagai pelatih dengan filosofi sepak bola menyerang dan menuntut fisik tinggi dari para pemainnya. Namun, setelah resmi bergabung dengan klubnya di Liga 1, ia segera menyadari bahwa pendekatan yang sama tidak bisa diterapkan begitu saja, terutama ketika sebagian besar pemainnya menjalankan ibadah puasa.
Dalam wawancara eksklusifnya, Pena mengungkapkan bagaimana ia harus beradaptasi dengan kondisi yang berbeda dibandingkan dengan pengalaman melatihnya di negara lain. “Saya terbiasa bekerja dengan jadwal latihan yang intens, tetapi di sini saya belajar sesuatu yang baru—bagaimana mengelola latihan tanpa mengurangi rasa hormat terhadap keyakinan dan kebiasaan para pemain saya,” ujar Pena.
Menyesuaikan Program Latihan di Bulan Ramadan
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi Carlos Pena adalah mengatur jadwal dan intensitas latihan agar sesuai dengan kondisi fisik pemain yang sedang berpuasa. “Saya tidak bisa meminta mereka untuk berlatih dengan intensitas tinggi seperti biasanya. Kami harus mencari keseimbangan antara menjaga kebugaran dan menghormati kondisi mereka selama Ramadan,” jelasnya.
Solusi yang diterapkan oleh Pena adalah dengan menggeser jadwal latihan ke malam hari setelah berbuka puasa. Dengan cara ini, pemain memiliki energi yang cukup untuk menjalani sesi latihan tanpa merasa kelelahan akibat menahan lapar dan haus sepanjang hari. Selain itu, intensitas latihan juga sedikit dikurangi agar pemain tidak mengalami dehidrasi atau kelelahan berlebih.
“Kami berlatih setelah berbuka puasa, sehingga pemain bisa memberikan performa terbaik mereka. Saya juga berusaha untuk membuat latihan lebih berfokus pada strategi dan taktik dibandingkan fisik, karena saya tidak ingin mereka mengalami cedera akibat kelelahan,” tambahnya.
Peran Tim Medis dan Nutrisi dalam Latihan Ramadan
Selain menyesuaikan jadwal latihan, Carlos Pena juga bekerja sama dengan tim medis dan ahli gizi untuk memastikan para pemain tetap berada dalam kondisi terbaik selama Ramadan. Menurutnya, pola makan yang tepat sangat penting dalam menjaga kebugaran para pemain.
“Kami berkonsultasi dengan ahli gizi untuk memastikan bahwa para pemain mendapatkan asupan yang cukup selama sahur dan berbuka. Kami ingin mereka tetap memiliki energi yang cukup untuk berlatih tanpa mengorbankan kesehatan mereka,” kata Pena.
Beberapa perubahan dalam pola makan termasuk penekanan pada konsumsi makanan yang kaya protein dan karbohidrat kompleks saat sahur untuk menjaga daya tahan tubuh, serta hidrasi yang optimal selama waktu berbuka puasa.
Respons Pemain terhadap Metode Carlos Pena
Para pemain menyambut baik pendekatan yang diterapkan oleh Carlos Pena. Mereka merasa dihargai dan didukung dalam menjalankan ibadah puasa tanpa harus mengorbankan performa di lapangan.
Salah satu pemain senior di tim mengungkapkan, “Kami senang dengan cara coach Pena mengelola latihan selama Ramadan. Dia memahami bahwa ini bukan hanya tentang sepak bola, tetapi juga tentang budaya dan kepercayaan kami. Itu sangat berarti bagi kami sebagai pemain.”
Beberapa pemain muda juga mengaku lebih nyaman dengan metode yang diterapkan Pena. Mereka merasa tidak tertekan untuk berlatih dengan intensitas tinggi di siang hari dan bisa fokus pada pemulihan tubuh mereka sebelum kembali ke lapangan.
Pena Belajar dari Budaya Indonesia
Carlos Pena mengaku bahwa pengalaman ini membuka matanya terhadap budaya sepak bola di Indonesia. Ia merasa bahwa menjadi seorang pelatih tidak hanya tentang strategi dan taktik, tetapi juga tentang memahami aspek sosial dan budaya para pemainnya.
“Di negara lain, saya mungkin tidak akan mengalami hal seperti ini, tetapi di Indonesia, saya belajar banyak. Ini bukan hanya tentang bagaimana saya melatih mereka, tetapi juga bagaimana saya bisa menjadi bagian dari komunitas ini. Saya ingin menunjukkan rasa hormat saya kepada budaya dan tradisi di sini,” ungkapnya.
Pena juga berbagi pengalaman menarik saat pertama kali menghadiri acara buka puasa bersama timnya. “Saya diundang untuk berbuka puasa bersama tim, dan itu adalah pengalaman yang luar biasa. Saya melihat betapa eratnya hubungan antar pemain dan bagaimana mereka saling mendukung satu sama lain selama Ramadan,” katanya.
Persiapan Menuju Akhir Ramadan dan Kompetisi Liga 1
Meskipun latihan selama Ramadan menjadi tantangan tersendiri, Carlos Pena tetap optimis bahwa timnya bisa tampil maksimal di kompetisi BRI Liga 1. Ia memastikan bahwa meskipun intensitas latihan sedikit dikurangi, para pemain tetap dalam kondisi prima untuk menghadapi laga-laga penting setelah Ramadan.
“Kami tidak kehilangan fokus. Ini hanya tentang menemukan cara yang tepat untuk menjaga kebugaran dan kesiapan taktik tim. Saya percaya bahwa setelah Ramadan, tim ini akan semakin solid dan siap bersaing di Liga 1,” tegasnya.
Selain itu, Pena juga sudah merancang program khusus untuk mengembalikan kondisi fisik pemain setelah Ramadan. Ia memahami bahwa setelah sebulan berpuasa, pemain memerlukan waktu untuk kembali ke ritme permainan yang lebih intens.
“Setelah Ramadan, kami akan mulai meningkatkan intensitas latihan secara bertahap. Kami ingin memastikan bahwa para pemain kembali ke kondisi terbaik mereka sebelum memasuki jadwal pertandingan yang padat,” ujarnya.
Pengalaman pertama Carlos Pena dalam memimpin latihan di bulan Ramadan menjadi pelajaran berharga baginya. Ia tidak hanya harus menyesuaikan metode kepelatihannya, tetapi juga belajar menghormati dan memahami budaya para pemainnya.
Dengan pendekatan yang penuh empati dan strategi latihan yang tepat, Pena berhasil menciptakan keseimbangan antara menjaga performa tim dan menghormati tradisi Ramadan. Pengalaman ini tidak hanya memperkuat hubungan antara dirinya dan para pemain, tetapi juga membuktikan bahwa adaptasi dan rasa hormat adalah kunci dalam kepemimpinan sepak bola.
Ke depannya, Pena optimis bahwa timnya bisa terus berkembang dan bersaing di BRI Liga 1, dengan semangat kebersamaan yang semakin kuat setelah melewati bulan suci Ramadan bersama.
Baca Juga: