1920x600-TOP-ID
ID
ID
previous arrow
next arrow

SBOTOP: Real Madrid yang Kini Tersandung Akibat Tak Segera Cari Suksesor Toni Kroos

Meski sosok maestro lini tengah asal Jerman, Toni Kroos mungkin sudah pensiun sejak musim panas lalu, namun bayang-bayangnya masih terasa sangat nyata di setiap pertandingan Madrid musim ini. Kekalahan memalukan dengan agregat 1-5 dari Arsenal di ajang Liga Champions bukan sekadar hasil buruk bagi Real Madrid—itu adalah peringatan keras bahwa lubang besar yang ditinggalkan oleh Toni Kroos belum juga tertambal.

Kritik pun mulai berdatangan, dan sasaran utamanya adalah sang presiden, Florentino Pérez. Keputusan klub untuk tidak segera mencari pengganti Kroos yang sepadan kini dianggap sebagai kesalahan fatal, dan dampaknya terlihat sangat jelas dalam performa Los Blancos yang belakangan ini kehilangan arah, terutama dalam pertandingan melawan Arsenal.

Real Madrid Tanpa Toni Kroos: Lini Tengah yang Kosong dan Tidak Terkontrol

Selama bertahun-tahun, Toni Kroos dikenal sebagai otak dari permainan Real Madrid. Bersama Luka Modric, ia mengatur ritme, mengendalikan tempo, dan membuka ruang di lini pertahanan lawan dengan akurasi passing yang nyaris sempurna. Tanpa kehadirannya, Real Madrid terlihat limbung dan kehilangan sentuhan khas di tengah lapangan.

Dalam dua leg melawan Arsenal, Madrid seolah tidak punya ide. Mereka hanya mengandalkan umpan-umpan silang dan bola panjang ke kotak penalti, taktik yang terlalu mudah ditebak dan tidak efektif, apalagi tanpa kehadiran target man seperti Joselu, yang juga telah meninggalkan klub. Tanpa sosok pemantul atau pengalir bola yang piawai, skema serangan mereka tumpul dan tidak membahayakan.

Generasi Penerus Belum Siap Ambil Alih Peran

Di atas kertas, Real Madrid seharusnya tidak kekurangan talenta. Mereka punya Aurélien Tchouaméni, Eduardo Camavinga, dan Jude Bellingham—tiga gelandang muda dengan potensi luar biasa. Namun kenyataannya, mereka belum siap mengemban tugas berat yang sebelumnya dipegang Kroos.

  • Tchouaméni, meskipun tangguh secara fisik, belum menunjukkan konsistensi dalam mengatur permainan. Ia lebih cenderung bermain sebagai pemotong serangan ketimbang kreator.
  • Camavinga masih dalam proses pematangan. Energinya memang luar biasa, tapi dalam hal pengambilan keputusan dan distribusi bola, dia masih kerap terburu-buru.
  • Bellingham, yang diberi kebebasan lebih ofensif, malah sering meninggalkan ruang kosong di lini tengah saat Madrid kehilangan bola. Ia lebih cocok sebagai pemain yang menusuk, bukan pengatur tempo.

Kehilangan Modric yang sudah tak lagi berada di usia emas dan tak mampu tampil penuh setiap pekan, membuat krisis lini tengah Madrid semakin dalam. Alhasil, Arsenal dengan mudah menguasai permainan dan menekan Madrid habis-habisan di kedua leg. Lima gol bersarang, dan tak satu pun momen menunjukkan Madrid bisa membalikkan keadaan.

Real Madrid Krisis Identitas: Ketika Filosofi Permainan Hilang

Lebih dari sekadar kekalahan di atas lapangan, situasi ini menunjukkan krisis identitas yang sedang dialami Real Madrid. Tim ini selama bertahun-tahun dikenal dengan penguasaan bola yang elegan, pergerakan antar lini yang presisi, dan kecerdasan dalam membongkar pertahanan lawan. Tanpa Kroos—dan tanpa sosok pengganti yang tepat—identitas itu perlahan memudar.

Kekalahan dari Arsenal menjadi bukti konkret bahwa Madrid bukan hanya kekurangan pemain di satu posisi, tetapi juga kehilangan jiwa pengatur permainan yang selama ini menjadi pembeda di pertandingan besar. Dalam sepak bola modern, dominasi lini tengah adalah kunci kemenangan—dan Madrid telah kehilangan kunci itu sejak Kroos pergi.

Florentino Pérez dalam Tekanan: Perlu Aksi Nyata, Bukan Sekadar Janji

Kini semua mata tertuju pada Florentino Pérez, arsitek utama tim. Sang presiden yang selama ini terkenal dengan proyek ambisius dan strategi jangka panjangnya, kali ini dinilai gagal mengantisipasi perubahan besar di dalam tim. Keputusan untuk tidak langsung merekrut gelandang berpengalaman sebagai pengganti Kroos kini menjadi bumerang.

Madrid sebenarnya memiliki peluang untuk mendatangkan pemain seperti Joshua Kimmich, Martin Zubimendi, atau bahkan Bruno Guimarães, namun tidak ada langkah konkret yang diambil. Ketergantungan pada regenerasi internal ternyata tidak cukup untuk mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh seorang maestro.

Apa yang Harus Dilakukan Real Madrid?

Jika Madrid ingin kembali bersaing di level tertinggi, terutama di Eropa, maka lini tengah adalah sektor pertama yang harus diperbaiki. Klub membutuhkan:

  1. Gelandang dengan visi permainan tinggi, yang bisa membaca situasi dan mengatur ritme seperti yang dilakukan Kroos.
  2. Pengalaman dan kepemimpinan, bukan hanya sekadar bakat muda. Pemain yang bisa mengarahkan rekan-rekannya di momen krusial.
  3. Distribusi bola yang akurat dan tenang, bukan hanya tenaga dan kecepatan.

Waktu semakin sempit, dan tekanan dari fans maupun media terus meningkat. Florentino Pérez harus segera bergerak—baik dengan pembelian besar di bursa transfer mendatang maupun memberikan kepercayaan pada pelatih untuk membentuk kembali sistem permainan Madrid.

Tanpa Toni Kroos, Madrid Bukan Madrid yang Sama

Toni Kroos bukan hanya pemain hebat; ia adalah fondasi dari sistem permainan Real Madrid dalam satu dekade terakhir. Kepergiannya tanpa pengganti yang sepadan meninggalkan lubang besar yang kini terbukti sulit diisi.

Kekalahan telak dari Arsenal bukan sekadar kesalahan teknis, tapi cerminan dari perencanaan jangka panjang yang gagal. Jika Pérez tidak segera bertindak, Real Madrid mungkin akan menghadapi era transisi yang lebih panjang dan menyakitkan dari yang diperkirakan.

Musim masih berjalan, tetapi satu hal sudah jelas: Real Madrid tak bisa lagi menunda pencarian pengganti Toni Kroos. Tanpa itu, mimpi kembali ke kejayaan Eropa bisa jadi tinggal kenangan.

Baca Juga :

CLOSE